La Tahzan
malam itu aku pulang ke rumah, sekitar jam 20.00 sedang enaknya menikmati udara malam walau agak gerimis sedikit sambil membayangkan secangkir kopi setelah bekerja seharian aku melihat seorang pria yah mungkin umurnya 30 an termenung di tepi jalan. Dengan terduduk lesu entah termenung atau menangis aku kurang jelas di sampingnya terparkir sepeda onthelnya dengan di atasnya ada amben (tempat tidur dari kayu) yang di tali dengan kayu sedemikian rupa supaya tidak jatuh. Sepertinya itu barang dagangannya. Mengapa kau tak berteduh saja kawan di tengah gerimis malam itu? Apa yang menyebabkan kamu begitu sedihnya sehingga kamu lupa berteduh? apakah barang daganganmu tidak laku seharian sehingga untuk pulang saja kamu tidak berani? Rumahmu mungkin jauh sehingga merasa begitu kecewanya sehingga jauh-jauh kamu datang ke solo untuk menawarkan daganganmu tapi ternyata belum terjual juga? banyak sekali option2 perasaan dia yang berkecamuk di benakku, dan aku berharap itu salah. Jika saja aku bisa berhenti dan bertanya dan jika option2 itu benar paling tidak aku bisa besarkan hatinya. Dengan mencari nafkah untuk keluarganya seluruh capek yang di rasakan tubuhnya akan menjadi pahala untuknya dan malaikat akan menjaganya semalaman. Aku menjadi tersadar aku harus sangat bersyukur dengan keadaanku sekarang ini. Dan mungkin aku merasa egois sekali hanya berpikir seputar diriku saja tanpa paling tidak memikirkan solusi dari semua ini. Jangan bersedih, Bersabarlah terus berjuang teman, percayalah Allah tidak memberi cobaan yang mahluknya tidak mampu menerimanya. kau harus jadi ayah yang baik…..\